Dua Pasang Hati

Rabu, 10 Juni 2015 - 07:42 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Selanjutnya, cowok itu menepuk-nepuk jas dokternya, tentunya mengundang emosi Lara naik lagi. Dia pikir gue debu apa, sampe digitu-gituin segala? Ih! Lara memutuskan untuk berjalan berlawanan arah, menuju bagian pendaftaran.

Dia hampir saja lupa, kalau harus mendaftarkan Rara yang hendak memeriksakan kandungannya hari ini. Sesampainya di bagian pendaftaran, salah seorang perawat yang bernama Suster Teressa Schouten menyapanya kembali. Beliau ini, perawat yang berjumpa pertama kali dengannya waktu itu. ”Siang Mbak Lara, ada yang bisa saya bantu?” tanya Suster Teressa.

”Ini, Sus. Mau daftar buat ke dokter kandungan.” Suster Teressa menatapnya nggak percaya, matanya melirik jari manis Lara. ”Oh, astaga. Saya nggak tau kalo Mbak Lara udah menikah rupanya.” Lara mengernyit heran. Menikah? Punya pacar aja dia belum. ”Eh, bukan buat saya, Sus. Tapi buat kakak ipar saya, namanya Rara Garcia.” Lara menyodorkan data-data pribadi milik Rara. ”Hari ini dokternya siapa, Sus? Saya denger katanya ada dokter kandungan bagus di sini,” tanya Lara penasaran. ”Ya siapa lagi, Mbak.” ”Siapa lagi?” Lara hampir saja tercekat, jangan bilang...

”Dokter Keenan dong, Mbak. Siapa lagi coba?” ujar perempuan bertubuh tambun itu, sambil tertawa-tawa padanya. Lara nggak salah denger nih? ”Buk-bukannya, di rumah sakit ini ada dua dokter spesialis ya?” ”Oh, emang bener, Mbak. Tapi kalo kandungan, kita ngambil yang terbaik. Dokter Keenan, yang terbaik soalnya. Dia ngegantiin tantenya...” Lara tak bersemangat mendengar informasi banyak soal keluarga Keenan. Aduh, kenapa harus dia lagi sih? Nyebelin banget.

”Ya udah deh, Sus. Daftarin kakak ipar saya aja ya,” Lara berucap malas, ia enggan melihat nama Keenan terpampang di surat jalan milik Rara itu. Meskipun Lara sempat kesal karena omelan Keenan yang bertubi-tubi padanya, sepertinya dia nggak bisa berbuat apa-apa. Apa yang dikatakan Keenan benar, dia udah mengganggu ketenangan pasien lain. Belakangan ini, Lara sama sekali nggak punya niat bertengkar dengan Keenan.

Apa aja yang dikatakan cowok itu seolah betul adanya, sehingga Lara kehabisan kata-kata sanggahannya. Atau... bisa jadi Lara sudah memaafkan cowok itu? Jangan, jangan. Nggak boleh lengah, Lara meyakinkan hatinya. Lara sedang beristirahat di kantin dengan Dodo dan Silvia yang baru saja bergabung dengannya. Makin lama Lara makan di rumah sakit ini, Lara semakin menyukainya. Konsep kantinnya benar-benar tak seperti kantin rumah sakit lainnya. Melainkan sangat cozy dan terlihat seperti tempat nongkrong bagi anak-anak muda.

Lihat saja warna broken-white pada temboknya, juga tempat duduknya yang berwarna putih dengan ukiran kayu pada kaki kursinya, lebih terlihat persis makan di kantin anak sekolahan. Meski makanan di sini terbilang mahal, tapi sangat enak dan membuat lidah Lara bergoyang senang menikmati sajian di rumah sakit ini. Berhubung Lara habis sakit beberapa hari yang lalu, ia dianjurkan Dokter Effendi untuk mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan lebih banyak. Sungguh, bukan makanan favorit Lara banget deh.

Setelah ini, Lara juga akan ikut menemani Rara yang memeriksakan kandungannya pada Keenan. Kebayang nggak sih gimana rupanya Rara gitu tahu, yang meriksa kandungannya adalah mantan gebetan Lara yang bertahun-tahun mengganggu hidup adik iparnya? Mungkin kalo saja Rara nggak hamil, pasti Rara akan memarahi Keenan habis-habisan. Tapi sayang banget ya, kalo kata orang kan, pamali lagi hamil emosian, nanti anaknya nurun kayak yang diomelin.

Lara mengetukkan kepalan tangannya di meja, berdoa agar ponakannya nanti nggak bersikap dingin seperti Keenan. Aduh, jangan sampe deh. Lara akan berbuat apa pun agar ponakannya itu ramah dan nggak pelit ngomong kayak Keenan gitu. Setengah jam waktu istirahatnya tersita dengan diam dan berpikir soal Keenan.

Duh, kenapa belakangan ini sulit rasanya membuang cowok itu jauh-jauh dari pikirannya? Mana intensitas mereka bertemu, jadi sering lagi. Lara nggak boleh terpengaruh, ia sudah berjanji pada dirinya agar tidak jatuh pada orang yang sama lagi. (bersambung)

Oleh:
Vania M. Bernadette
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0763 seconds (0.1#10.140)